Ketika Nalar Tak Berjalan…

Oleh M Zaid Wahyudi

Cuci otak selama ini dituding sebagai mekanisme yang membuat para pelaku teror mampu melakukan hal-hal yang tak rasional dan tidak manusiawi. Cara ini pula yang dianggap bertanggung jawab atas banyaknya anak muda ikut dalam gerakan separatis dengan mengabaikan orang-orang yang dicintainya.

Cuci otak sebenarnya merupakan istilah penyederhanaan dari upaya memengaruhi pikiran seseorang hingga ia mau dan mampu melakukan tindakan di luar kehendaknya. Cuci otak bukan istilah klinis kesehatan.

Proses memengaruhi pikiran dapat bermakna positif, seperti dalam proses pembelajaran, bisa pula bermakna negatif, seperti yang dialami pelaku teroris.

”Teknik memengaruhi pikiran dapat dilakukan dengan hipnotis, penciptaan kondisi seseorang agar mudah dipengaruhi, sugesti, maupun lewat proses pembelajaran,” kata ahli psikologi motivasi dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Bagus Riyono.

Untuk dapat dipengaruhi, seseorang harus dibuat tidak sadar dan tidak mampu mengendalikan diri. Kondisi ini dapat dicapai dengan membuat pikiran seseorang menjadi sangat capek.

Keletihan otak dapat terjadi lewat pemberian aktivitas fisik yang melelahkan maupun pemberian beban pikiran atau tekanan yang berat terus menerus. ”Saat pikiran capek seseorang mudah dipengaruhi atau diindoktrinasi,” katanya.

Proses indoktrinasi dapat dilakukan melalui ceramah, pidato, maupun pembicaraan yang memberi makna atas hal yang diyakini serta memaknai keadaan dan peran dirinya. Indoktrinasi membuat orang yang semula tak memiliki ikatan kuat dengan keyakinannya menjadi memiliki keteguhan luar biasa. Akibatnya, ia mau melakukan apa pun untuk menjalankan keyakinan itu, termasuk meninggalkan keluarga dan melukai orang lain.

Indoktrinasi juga dapat dilakukan pada seseorang yang semula sudah memiliki keyakinan cenderung ekstrem. Untuk kelompok ini, proses indoktrinasi menjadi lebih mudah dilakukan.

Dari kacamata orang luar, seseorang yang berada dalam pengaruh orang lain akan terlihat seperti orang yang sadar, tetapi mengantuk, bingung, atau linglung. Dalam kondisi itu, otak orang akan memancarkan gelombang alfa.

Proses memengaruhi pikiran orang dapat dilakukan kepada siapa pun. Namun, tidak akan berhasil jika dilakukan pada orang yang sepenuhnya sadar, tahu apa yang dimaui dan tidak disukai, serta memegang kendali penuh atas dirinya. Saat sadar, penuh otak memencarkan gelombang beta.

Mudah tidaknya seseorang dipengaruhi, menurut Bagus, bukan disebabkan oleh lelahnya otak. Saat pemberian pengaruh, seseorang dapat menolak atau memikirkan kembali apa yang disampaikan orang lain.

Kemampuan untuk memikirkan ulang pendapat orang lain sangat bergantung pada proses pendidikan seseorang sebelumnya. Hal itu akan memengaruhi struktur keyakinan seseorang, cara seseorang melogika keyakinannya, maupun cara dia memaknai tindakannya.

”Seseorang yang memiliki paham monolistik dengan satu keyakinan tunggal, tidak terbuka dengan keyakinan, dan cara pikir lain sangat potensial untuk dimanfaatkan,” kata Bagus.

Struktur keyakinan inilah yang membuat tindakan teror atau bom bunuh diri dapat dilakukan oleh siapa pun. Motifnya pun tidak hanya hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan agama, tetapi dapat juga motif politik, ekonomi, hingga nasionalisme membela negara.

Menurut Bagus, dalam sejumlah kasus bom bunuh diri dengan motif keyakinan agama, struktur keyakinan pelaku umumnya menganggap diri mereka sebagai ”kepanjangan tangan” Tuhan dan harus melaksanakan ”tugas” dari Tuhan. Hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman dan penghayatan mendalam terhadap suatu hal, pemikiran yang melompat-lompat (tak runut), dan kurang sabar dalam menyelesaikan masalah.

”Jenis keyakinan tidak menentukan sikap ekstremitas seseorang, melainkan struktur keyakinannya, bagaimana ia memaknai perannya dalam membela keyakinannya,” kata dia.

Organ otak

Guru Besar Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan Rumah Sakit Sardjito Samekto Wibowo mengatakan, mudah tidaknya seseorang dipengaruhi orang lain tidak bergantung pada kondisi organ otak seseorang karena bentuk anatomi otak semua orang sama. Mudah tidaknya seseorang dipengaruhi bergantung pada kondisi jiwanya.

Meskipun demikian, proses cuci otak akan berimbas pada perubahan komposisi kimia dan mengganggu fungsi otak. Komposisi ini dapat dijadikan indikator status kejiwaan seseorang.

Setelah cuci otak, memori jangka pendek seseorang akan hilang. Adapun hilangnya memori jangka panjang sangat bergantung pada besar tidaknya unsur baru yang dimasukkan.

Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Irmansyah menambahkan, proses cuci otak tidak merusak organ otak seseorang.

Mudah tidaknya seseorang dipengaruhi sangat bergantung kepada kuat tidaknya kepribadian yang dimiliki. Orang yang tidak mandiri, sangat bergantung kepada orang lain, serta memiliki dendam atau kebencian terhadap sesuatu juga akan menjadi lebih mudah dipengaruhi.

Menurut Samekto, cuci otak merupakan persoalan psikologis. Karena itu, proses penyembuhannya tidak bisa dilakukan dengan obat-obatan, tetapi melalui konseling psikologis.

Pendidikan

Menurut Bagus, untuk membangun pribadi yang tangguh dibutuhkan proses pendidikan yang baik. Pendidikan yang mencerahkan dan tanpa tekanan, keteladanan, hingga sistem komunikasi kepada mereka yang tak bisa menenggang perbedaan untuk menata ulang struktur keyakinannya.

Pendidikan dalam keluarga akan memengaruhi cara pandang seseorang, Mereka yang terbiasa mendapat didikan keras, baik fisik maupun emosi, cenderung menjadi pribadi yang keras dan berpikiran monolistik.

Pendidikan yang bersifat dogmatif tanpa mengenalkan proses memberi alasan (reasoning) atas setiap yang dilakukan cenderung membuat orang menjadi tertutup dengan pendapat lain. Ketidakmampuan memberi alasan itu membuat nalar seseorang tidak berjalan dan emosinya menguat. ”Saat emosi menguat, logikanya beku dan melemah,” kata Bagus.

Komunikasi harus dilakukan dengan seimbang tanpa tekanan. Tekanan yang dilakukan kepada mereka yang memiliki struktur keyakinan keras justru akan semakin menguatkan struktur keyakinan mereka. Hal itu bahkan bisa memunculkan simpati dan dukungan dari mereka yang sebelumnya justru menolak struktur keyakinan yang keras.

Sumber :
Kompas Cetak

Genset pembangkit Listrik Tiba di Bawean

GRESIK – Tiga mesin pembangkit listrik atau genset baru yang akan digunakan untuk menerangi listrik Pulau Bawean selama 24 jam Selasa (7/12) kemarin tiba di Pelabuhan Sangkapura (Bawean). Ketiga genset yang baru datang di Bawean, masing-masing memiliki kapasitas 400 kilo Watt (kW). “Jadi tambahan suplai listrik dari tiga genset baru ini totalnya 1.200 kW,” kata Aruman, pelaksana lapangan PT Arto Ageng Energy (AAE), rekanan dari PT PLN kemarin.

Tiga genset yang datang bulan September lalu, dua di antaranya berkapasitas 700 kW dan satunya lagi berkapasitas 800 kW. Dengan begitu total kapasitas enam pembangkit listrik baru yang ada di Bawean adalah 3.400 kW. “Sudah mampu untuk menerangi Bawean selama 24 jam,” tandas Aruman.

Terpisah, Supervisor Pembangkitan Area Pelayanan Jaringan (APJ) PLN Gresik, Witanto menegaskan proses listrikisasi Bawean 24 jam saat ini masih proses. Setidaknya masih dilakukan pembenahan jaringan sehingga tidak terjadi gangguan atau kendala saat listrik dinyalakan selama 24 jam nanti.

Selama ini, PT PLN hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik bagi 9.661 pelanggan. Masih ada sekitar 9.300 kepala keluarga yang rumahnya belum teraliri listrik, khususnya di daerah pegunungan, seperti di Desa Promaan, Grejeg, Kebunteluk Dalem, Balikterus, Teluk Jatidawang, Gelam, dan Dekatagung.

Normalnya atau yang berlaku selama ini, listrik di Bawean hanya menyala 17 jam, mulai pukul 17.00 hingga 10.00. Tidak ada lagi giliran seperti beberapa bulan lalu, dua hari menyala dan satu hari padam. Hingga September lalu, listrik Bawean menyala setiap hari meskipun tidak 24 jam nonstop.

Kendala normalisasi listrik Bawean juga karena adanya listrik curah atau pemasangan listrik liar, sehingga menambah beban listrik.Temuan PT PLN beberapa waktu lalu di sejumlah daerah di Bawean seperti di Desa Sukaoneng, Telukjatidawang, Kepuhlegundi, dan beberapa desa lainnya, pelanggan PLN mengubah sendiri dayanya.

Mestinya, dalam perjanjian kontrak dengan PLN hanya 6 Ampere atau 1.300 Volt Ampere (VA) namun dimodifikasi menjadi 20 Ampere atau 4.400 Volt Ampere. Dinaikkan lebih dari tiga kali lipat dari kontrak. Daya yang besar ini, kemdian disalurkan ke rumah warga lain secara ilegal. Satu meteran biasanya disalurkan kepada 40 rumah lain dengan panjang kabel hingga satu kilometer. sep

 

 

Cuaca buruk , Ribuan Warga Bawean Terisolasi

GRESIK | SURYA Online – Akibat buruknya cuaca di Laut Jawa sejak Sabtu (11/12/2010) lalu, ribuan warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, kini terisolasi karena tidak ada kapal yang berani menyeberang.

Sejak cuaca memburuk, baru sekali kapal yang meyeberangkan warga Bawean menggunakan Kapal Dharma Ferry 2 jurusan Teluk Kumai bantuan dari pemerintah pada Senin (13/12/2010) lalu. Sedangkan Kapal Motor (KM) Expres Bahari tidak mampu berlayar dengan ketinggian gelombang di atas 2 meter karena terbuat dari bahan fiber.

“Kita tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa, karena terisolasi oleh cuaca. Efek ekonominya jelas ada, karena pengalaman seperti tahun-tahun lalu harga-harga kebutuhan juga akan naik,” kata warga Tambak, Abdul Malik, Kamis (16/12/2010).

Abdul menjelaskan, cukup beralasan jika selama seminggu lebih tidak ada pasokan bahan kebutuhan pokok, warga Bawean bakal kekurangan bahan pokok.

“Istilahnya bukan kelaparan, tetapi paling tidak akan mengurangi gizi terutama kepada anak-anak,” ujar Abdul.

Sekarang, lanjut Abdul, kebutuhan bahan pokok kemungkinan tidak ada masalah. Tetapi warga Bawean mulai berhemat agar tidak terlalu boros menggunakan bahan kebutuhan.

“Kita tidak tahu sampai kapan cuaca buruk ini akan berlangsung. Kalau sampai hari ini saja Insya Allah tidak ada masalah, tetapi kalau sampai lima hari kedepan kebutuhan bahan pokok sudah pasti menipis,” ucap Abdul.

Sementara itu ratusan penumpang asal Bawean yang hendak pulang ke kampung halamannya masih tertahan di Kota Gresik.

“Saya dari Malaysia ingin menjenguk kelauraga di Bawean. Kemarin sudah berangkat menggunakan KM Dharma Kartika tapi di tengah perjalanan balik lagi karena diterjang angin kencang,” ungkap Sundusiyah yang sudah empat hari terdampar di Kota Gresik.

Hal yang sama juga terjadi di Bawean, ratusan penumpang yang akan menyeberang ke Gresik juga tertahan.

“Kami berangkat bersama KM Dharma Ferry 2 hari Senin lalu. Sampai hari ini tidak ada kapal karena kapal Dharma Kartika gagal berlayar diterjang angin,” kata Mohammad Sholeh warga Gresik yang juga sudah empat hari terdampar di Bawean.

Salah satu staf Dinas Perhubungan Gresik yang bertugas di Bawean M Amri, mengatakan, hari ini sudah berangkat Kapal Dharma Ferry 2 dari pelabuhan Teluk Kumai ke Surabaya.

“Akan mampir ke Bawean mengambil penumpang yang ada di Bawean, dijadwalkan besok kapal sampai di pelabuhan Bawean,” kata M Amri, Kamis (16/12/2010).

 

Asal Mula Bawean “Boyan”

Pada bulan Desember 2005, seorang kawan menawarkan roti “boyan” kepada saya. Alih-alih menikmatinya, saya jadi bertanya: apakah “Boyan” itu? Dijelaskannya bahwa “Boyan” adalah nama lain Bawean, sebuah pulau di dekat Surabaya. Bagaimana “Bawean” bisa menjadi “Boyan”? Hal ini mungkin disebabkan oleh absorbsi bahasa yang menyebabkan ketidakaslian bentuk kata yang umum terjadi pada jaman dulu(sebagian orang menyebutnya ‘korupsi kata’). Nama “bawean” sendiri diberikan oleh orang-orang Majapahit (kerajaan Hindu terbesar di Jawa) pada abad ke 13 yang berarti “matahari terbit”. Karena orang Bawean (atau Madura) mengganti huruf “w” menjadi “b” maka kadangkala Bawean ini disebut Bebien (“e” dibaca seperti ‘benar’).

Pada awal 80an itu, pulau-pulau kecil ini masih tak memiliki listrik yang memadai. Listrik hanya dinyalakan pada jam-jam tertentu dan di tempat tertentu, karena listrik dibangkitkan oleh mesin diesel milik warga yang dialirkan ke rumah – rumah, biasanya hidup mulai jam 6 sore sampai jam 12 malam dimatikan.

Pulau Bawean masuk ke dalam kabupaten Gresik tahun 1974; sebelumnya, pulau Bawean masih bagian dari Surabaya. Letaknya 120 km di utara Gresik. Pulau ini dapat dicapai dengan menggunakan kapal express(ferry) selama 3 – 6 jam.

Pulau Bawean sedikit lebih luas daripada pulau Singapura. Namun, penduduknya hanya berjumlah 65000. Pulau ini dibagi menjadi dua kecamatan (district), yaitu Sangkapura dan Tambak. Sangkapura terdiri dari 17 desa, yaitu Desa Sawahmulya, Kota Kusuma, Sungaiteluk, Patarselamat, Gunungteguh, Sungairujing, Baliktetus, Daun, Kebunteluk Dalam, Sidogedung Batu, Lebak, Pudakittimur, Pudakitbarat, Komalasa, Suwari dan Deka-Tagung. Sedangkan, Kecamatan Tambak meliputi 14 desa, yaitu Desa Tambak, Telukjati, Dedawang (Dhedhebeng), Gelam, Sokaoneng, Sukalila, Kalompang Ghubuk, Pakalongan, Tanjunguri, Grejek, Paromaan, Diponggo, Kepuhteluk dan Kepuhlegundi.

[Bahasa Bawean]

Seorang kawan dekat di Singapura kebetulan keturunan Bawean, dan ayahnya pernah memiliki band yang tersohor di tahun 1950-60an, namanya “La Obe”. Suatu hari saya ingin tahu apakah bahasa Bawean ini lebih mirip bahasa Jawa, bahasa Madura, atau campuran keduanya. Saya bertanya dalam bahasa Madura, dan ayahnya membalas dalam bahasa Bawean. Ternyata bahasa Bawean ini mirip sekali dengan bahasa Madura! Tingkat kemiripannya barangkali lebih tinggi dibanding Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia.

Diceritakannya bahwa orang-orang Bawean yang datang ke Singapura dulunya berpencaharian sebagai ahli agama, guru silat dan pedagang “ilmu”. Menurut sejarah, memang benar bahwa kesenian yang paling menonjol di Bawean adalah kesenian pencak silat. Hingga kini, kesenian ini masih dilestarikan.

[Merantau]

Secara historis, mayoritas masyarakat Bawean adalah nelayan. Dari pekerjaan ini, jiwa mereka secara praktis adalah perantau, yang berhari-hari berlayar, kemudian pulang sambil membawa uang hasil penjualan ikan. Jiwa merantau dan berdagang ini menjadi turun-temurun dan menentukan garis hidup keturunan mereka juga. Setiap lelaki di pulau Bawean dirasa “wajib” untuk merantau, meski mereka telah menikah.

[Orang Bawean di Singapura]

Dalam artikel yang cukup komprehensif, The Baweanese (Boyanese), yang ditulis oleh Nor Afidah Abd Rahman dan Marsita Omar, sensus penduduk pertama kali mencatat adanya orang Bawean tahun 1849. Antara tahun 1901 – 1911, populasi orang Bawean di Singapura makin meningkat. Hal ini disebabkan oleh pajak yang terlampau tinggi yang dikenakan Belanda kepada inlander (penduduk asli) di Hindia Belanda (Indonesia sekarang).

Di tahun-tahun itu, dicatat bahwa ada dua perusahaan transportasi yang melayani migrasi penduduk dari Bawean ke Singapura, yaitu Dutch Koninklijke Paketvaart Maatschappij (Belanda) dan Heap Eng Moh Shipping Company (Singapura). Populasi orang Bawean makin meningkat ketika pendudukan Jepang antara tahun 1942 – 1945 karena penjajahan ini menyebabkan kelaparan dan kemiskinan yang parah. Setelah 1945, arus masuk imigran diperketat di Singapura dan Malaysia. Sebagian orang Bawean berbelok ke Tanjung Pinang dan Riau.

Ketika Inggris membangun pacuan kuda tahun 1842, mereka menyewa orang orang Bawean sebagai pekerja konstruksi untuk membangun Race Course lama, atau Turf City masa kini. Karena berbakat melatih kuda, orang Bawean akhirnya dipekerjakan sebagai pelatih kuda pacuan. Sebagian dari mereka tetap bekerja sebagai pelayar (seamen). Namun ada pula yang bekerja sebagai sopir untuk tuans dan mems, perawat kebun, pegawai pelabuhan dan sopir bullock-cart.

Antara tahun 1840an hingga 1950an, orang Bawean banyak yang bermukim di Kampong Boyan (kini bernama Kampong Kapor). Mereka membangun pondok (ponthuk, dalam bahasa Bawean) sebuah rumah yang digunakan untuk bersosialisasi dan tempat menampung pendatang Bawean yang baru. Komunitas ini dipimpin oleh Pak Lurah. Secara literal, Pak Lurah berarti kepala kampung atau kepala desa (the chief of the village). Istilah ini sekarang masih dipakai secara luas di Indonesia.

Banyak dari masyarakat Bawean di Singapura akhirnya menikah dengan etnis lain seperti Melayu, Jawa, Bugis dan lainnya. Peleburan ini menyebabkan identitas keturunan mereka secara praktis disebut “Melayu”. Namun, ada juga yang masih menggunakan garis etnis ayah, sehingga tetap beretnis “Boyan”. Seperti halnya keturunan Jawa di Singapura, sedikit sekali generasi muda Boyan yang menguasai bahasa Bawean, atau Madura. Sebagian dari mereka cukup mengenal beberapa kata, atau mengerti sedikit beberapa kalimat. Hal ini cukup wajar, mengingat bahasa Bawean tidak dipakai sehari-hari di sini. Generasi tua keturunan Bawean di Singapura kadang masih mengunjungi sanak saudara di pulau Bawean. Namun, beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah artikel pribadi yang ditulis oleh generasi muda keturunan Bawean. Ia ingin sekali ke Bawean, meski hanya sekali seumur hidupnya. Sama halnya dengan bahasa, jika kultur Bawean ini mirip dengan Madura, maka setiap saudara itu adalah saudara dekat. Sehingga perlakuan mereka terhadap saudaranya (meski hubungannya jauh sekalipun) sangat sangat akrab. Ini ciri khas orang Madura yang juga saya amati di pulau Jawa.

***
Bibliografi:
[1] http://www.bawean.info
[2] http://www.pulaubawean.com/
[3] http://www.bawean.net/
[4] http://www.thingsasian.com/stories-photos/1280
[5] http://en.wikipedia.org/wiki/Bawean
[6] http://infopedia.nl.sg/articles/SIP_1069_2007-06-20.html
[7] http://endahvision.blogspot.com

Kampung Ku Bawean

 

Pulau BAwean adalah pulau terkecil  yang berada di utara jawa

mempunyai pesona dan ragam yang sangat indah ,

tapi sayangnya bila bulan – bulan penghujan antara november,desember,januari,febuari. musim ombak besar yang bisa mencapai 5 meter…

pulau ini berada di laut lepas

dalam keadaan pulau yang sangat kecil , pulau ini mempunyai gunung emas yng berada di daerah kampung baru

Pulau Terkecil Di Indonesia

 

Kamu pernah nyangka nggak kalo pulau terkecil di dunia itu justru ada di Indonesia? Indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan ternyata memiliki pulau yang dianggap paling kecil di dunia!

 

Nama pulau tersebut adalah Simping. Tadinya nama pulau Simping adalah pulau Kelapa Dua, yang terletak di Teluk Mak Jantu, tepatnya berada dikawasan Sinka Island Park, Singkawang. PBB sendiri mengakui bahwa pulau mungil ini, ‘the smallest island in the world’, jadi keberadaannya sebagai pulau terkecil udah diakui oleh dunia internasional. Ada jembatan lumayan panjang untuk berjalan ke Pulau Simping yang dikelilingi batu-batu.

 

Etika Saat Makan

Dalam hal ini , hal yang paling tidak disukai oleh kebanyakan orang adalah dimana saat makan ada orang yang buang angin atau bersendawa, juga apabila ada orang yang saat makan menasehati orang lain dengan kata-kata yang cukup pedas. Semua itu bisa menurunkan nafsu makan seseorang, jadi sebaiknya gunakan etika untuk menjaga agar hal-hal tersebut tidak terjadi.

Etika saat makan tersebut kalau dipandang secara sekilas kelihatannya memang tidak terlalu penting, namun itu semua merupakan suatu pelajaran bagi kita agar kita bisa menempatkan sesuatu pada tempat yang seharusnya. Itung-itung kita belajar menghargai diri sendiri maupun orang lain.

Etika Berjalan

berjalan juga perlu mendapat perhatian khusus agar kita tahu bagaimana seharusnya etika berjalan di tempat umum. Saat berjalan hendaknya kita memperhatikan kesekeliling kita, mungkin saja ada orang yang sedang terburu-buru namun jalannya terhambat oleh kita, atau saat kita sedang terburu-buru, di depan kita berjalan seseorang maka sebaiknya kita mengucapkan kata permisi untuk mendahuluinya. Saat kita berjalan juga tidak boleh sampai memicu kecelakaan, contohnya berjalan harus pada trotoar bagi pejalan kaki jangan sampai kita berjalan dijalan khusus untuk kendaraan. Agar aman, nyaman serta tentram saat berjalan perhatikanlah etika berjalan, toh tidak ada ruginya untuk kita apabila kita mengikuti aturan atau etika tersebut, yang ada keuntungan besar yang kita dapat.

Etika Berbicara Menurut Islam

Dibandingkan menulis, berbicara lebih mudah dilakukan. Setiap pembicaraan pasti ada maksud-tujuan yang hendak disampaikan, baik itu pembicaraan secara langsung maupun melalui media elektronik (teknologi). Saking mudahnya dilakukan, orang ketika berbicara seringkali kebablasan, bahkan tak menggunakan etika. Akibatnya, banyak kebencian dan permusuhan terjadi.

Bagaimanakah sesungguhnya etika berbicara yang dianjurkan dalam Islam? Pertama, ketika seorang Muslim berbicara hendaknya hanya untuk kebaikan (ma’ruf). Allah SWT berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisik mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf…” (QS An-Nisa [4]: 114).

Kedua, jangan membicarakan semua apa yang didengar. Sebab, bisa jadi semua yang didengar itu menjadi dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang, yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR Muslim).

Ketiga, berbicaralah tanpa ada rasa menggunjing (ghibah). “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS Al-Hujarat [49]: 12).  Menggunjing orang lain sangat dilarang dalam Islam. Sebab, orang yang menggunjing itu tidak lebih baik dari yang digunjing. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena bisa jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok…” (QS Al-Hujarat [49]: 11).

Keempat, berbicaralah seperlunya saja. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah bersabda, “Termasuk kebaikan Islam-nya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah). Kelima, berbicaralah dan jangan mendebat. Sabda Nabi, “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar.” (Muttafaq ‘Alaih).

Keenam, berbicara dengan tidak memaksakan diri. “Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih, dan orang-orang yang sombong.” (HR At-Tirmidzi).

Ketujuh, berbicaralah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Aisyah RA pernah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya.” (Muttafaq ‘Alaih).

Sejatinya, Islam tidak melarang manusia untuk berbicara. Berbicara justru sangat dianjurkan jika mengandung manfaat dan kebaikan. Tetapi sebaliknya, sangat dilarang jika pembicaraan itu mengandung keburukan dan penyesatan. “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir hendaknya ia berbicara yang baik-baik atau diam.” (Al-Hadis).

 

info = http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/26/126635-etika-berbicara-menurut-islam

Etika Terhadap Sanak Keluarga

Orang Muslim konsisten menjalankan etika-etika terhadap sanak kerabat sama persis seperti etika-etika yang ia jalankan dengan konsisten terhadap orang tua, ana-anak, dan saudara-saudaranya. Ia memperlakukan bibi dari jalur ibunya seperti perlakuannya terhadap ibu kandungnya. Ia memperlakukan bibi dari jalur ayahnya seperti terhadap ayah kandungnya.

Sebagaimana ia memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik, ia juga memperlakukan paman dari jalur ibunya, dan paman dari jalur ayahnya dengan baik dalam seluruh bentuk ketaatan kepada kedua orang tua, bakti kepada keduanya, dan berbuat baik kepada keduanya.

Jadi, semua orang yang disatukan dengannya dalam satu kekerabatan. Mukmin atau kafir, maka ia menganggap mereka sebagai kerabat yang wajib ia sambung berbakti kepada mereka, dan berbuat baik terhadap mereka. Ia bersikap terhadap mereka persis seperti etika-etika yang ia terapkan terhadap anak-anak dan kedua orang tuanya.

Untuk itu, ia menghormati orang-orang tua di antara sanak kerabatnya, menyayangi anak-anak kecil dari sanak kerabatnya, menjenguk siapa saja yang sakit di antara mereka, memberi bantuan kepada siapa saja yang mendapatkan musibah, menghibur siapa saja di antara mereka yang bersedih hati, menyambung mereka jika mereka  memutuskan hubungan dengannya, dan kendati mereka menzhaliminya. Itu semua sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia, dan hadits-hadits nabawiyah yang memerintahkan hal tersebut.

Allah Ta‘ala berfirman,

“Dan bertakwalah kepada Allah yanq dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (An-Nisa’: 1).

“Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah.” (Al-Ahzab: 6)

“Maka apakah kiranya jika kalian berkuasa, kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (Muhammad: 22).

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung.” (Ar-Ruum: 38).

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat.” (An-Nahi: 90).

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (An-Nisa’: 36).

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dan harta itu (sekedarnya) dan ucapkahlah kepada mereka perkataan yang baik.” (An-Nisa’: 8).

Sabda Rasulullah saw., “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku Ar-Rahman. Untuk sanak-kerabat ini, Aku berikan nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa menyambung hubungan kekerabatan maka Aku menyambungnya, dan barangsiapa memutusnya maka Aku pun memutusnya’.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ahmad).

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Kepada siapakah aku berbakti?’ Rasulullah saw. bersabda, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian sanak kerabat, dan berikutnya.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ahmad).

Rasulullah saw. pernah ditanya tentang amal perbuatan yang memasukkan seseorang ke surga, dan menjauhkannya dari neraka, maka beliau bersabda,

“Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, dan menyambung hubungan kekerabatan.” (Muttafaq Alaih).

Tentang kedudukan bibi dari jalur ibu, Rasulullah SAW. bersabda, “Ia (bibi dari jalur ibu) itu seperti ibu kandung.” (Muttafaq Alaih).

Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah kepada orang miskin adalah sedekah, sedang sedekah kepada sanak kerabat adalah sedekah plus penyambungan hubungan kekerabatan.” (Muttafaq Alaih).

Rasulullah saw. bersabda kepada Asma’ binti Abu Bakar ra yang bertanya tentang hubungannya dengan ibunya ketika ibunya yang musyrik datang kepadanya dari Makkah, “Ya, sambunglah ibumu.”

info : http://ikatanwargaislaminalum.com/index.php?option=com_content&view=article&id=99:etika-terhadap-sanak-keluarga&catid=37:etika-dalam-islam&Itemid=58

Previous Older Entries